Jumat, 24 Agustus 2012

Beberapa Keutamaan Shalawat Kepada SAWW

Allah swt memerintahkan kita agar bershawat kepada Rasulullah saw dan keluarganya (sa): “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman bershalawatlah kamu kepada Nabi dan ucapkan salam kepadanya.” (Al-Ahzab: 56). 

Rasulullah saw bersabda:
“Sebagaimana orang bermimpi, aku pernah bermimpi pamanku Hamzah bin Abdullah dan saudaraku Ja’far Ath-Thayyar. Mereka memegang tempat makanan yang berisi buah pidara dan mereka makan sebentar, kemudian buah pidara itu berubah menjadi buah anggur. Kemudian mereka makan sebentar dan buah anggur itu berubah menjadi buah kurma yang masih segar. Kemudian mereka makan sebentar, lalu aku mendekati mereka dan bertanya kepada mereka: Demi ayahku jadi tebusan kalian, amal utama apakah yang kalian dapatkan? Mereka menjawab: Demi ayahku dan ibuku jadi tebusanmu, kami dapatkan amal yang paling utama adalah shalawat kepadamu, memberi minuman, dan cinta kepada Ali bin Abi Thalib (sa).” (Ad-Da’awat Ar-Rawandi, halaman 90, bab 224, hadis ke 227) 

Rasulullah saw bersabda:
“Ketika aku diperjalankan di malam hari untuk mi’raj ke langit, aku melihat malaikat yang mempunyai seribu tangan, dan di setiap tangannya seribu jari-jemari. Ketika ia sedang menghitung dengan jari-jarinya, aku bertanya kepada Jibril: Siapakah malaikat itu dan apa yang sedang ia hitung? Jibril menjawab: ia adalah malaikat yang ditugaskan untuk menghitung setiap tetesan hujan, ia menghafal setiap tetesan hujan yang diturunkan dari langit ke bumi.
Aku bertanya kepada malaikat itu: Apakah kamu mengetahui jumlah tetesan hujan yang diturunkan dari langit ke bumi sejak Allah menciptakan dunia? Ia menjawab: Ya Rasulallah, demi Allah yang mengutusmu membawa kebenaran kepada makhluk-Nya, aku tidak hanya mengetahui setiap tetesan hujan yang turun dari langit ke bumi, tetapi aku juga mengetahui secara rinci berapa jumlah tetesan hujan yang jatuh di lautan, di daratan, di bangunan, di perkebunan, di daratan yang bergaram, dan di pekuburan.
Rasulullah saw bersabda: Aku kagum terhadap kemampuan hafalan dan ingatanmu dalam perhitungan. Ia berkata: Ya Rasulallah, ada yang tak sanggup aku menghafal dan mengingatnya dengan perhitungan tangan dan jari-jemariku.
Rasulullah saw bertanya: Perhitungan apakah itu? Ia menjawab: Aku tidak sanggup menghitung pahala shalawat yang disampaikan oleh sekelompok ummatmu ketika namamu disebut di suatu majlis.” (Al-Mustadrah, Syeikh An-Nuri, 5: 355, hadis ke 72) 

Rasulullah saw bersabda: “Pada hari kiamat nanti semua kaum muslimin akan melihatku kecuali orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, peminum khamer, dan orang yang tidak bershalawat kepadaku ketika namaku disebutkan.” (Jamus Sa’adah 2: 263). 

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Ketika nama Nabi saw disebutkan, maka perbanyaklah bershalawat kepadanya, sesungguhnya orang yang bershalawat kepada Nabi saw satu kali, Allah bershalawat kepadanya seribu kali bersama seribu barisan malaikat. Tidak ada satu pun makhluk Allah kecuali ia bershalawat kepada hamba-Nya karena Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepadanya. Barangsiapa yang tidak mencintai shalawat, ia adalah orang yang jahil dan ghurur (tertipu). Allah dan Rasul-Nya serta Ahlul baitnya berlepas diri darinya.” (Al-Kafi, jilid 2, halaman 492) 

Ketika menjelaskan makna firman Allah swt: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi… Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Shalawat dari Allah azza wa jalla adalah rahmat, shalawat dari malaikat adalah pensucian, dan shalawat dari manusia adalah doa.” (Ma’anil akhbar, halaman 368) 

Shalawat dan Mizan amal
Rasulullah saw bersabda: “Pada hari kiamat nanti aku akan berada di dekat mizan amal. Barangsiapa yang amal buruknya lebih berat dari amal baiknya, aku akan datang bersama shalawat sehingga amal baiknya lebih berat berkat shalawat itu.” (Tsawabul A’mal, halaman 186) 

Muhammad Al-Baqir (sa):”Tidak ada suatupun amal yang lebih berat dalam mizan amal daripada shalawat kepada Muhammad dan keluarganya. Ssesungguhnya akan ada seseorang yang ketika amalnya diletakkan di mizan amal, timbangan amalnya miring. Kemudian Nabi saw mengeluarkan shalawat untuknya dan meletakkan di mizan amalnya, maka beruntunglah ia berkat shalawat itu.” (Al-Kafi, jilid 2, halaman 494) 

Shalawat dan Pengampunan dosa
Rasulullah saw bersabda:”Barangsiapa yang bershalawat kepadaku tiga kali setiap hari dan tiga kali setiap malam karena cinta dan rindu kepadaku, maka Allah azza wa jalla berhak mengampuni dosa-dosanya pada malam itu dan hari itu.” (Ad-Da’awat Ar-Rawandi, halaman 89, hadis ke 226) 

Rasulullah saw bersabda:”Barangsiapa yang bershalawat kepadaku saat akan membaca Al-Qur’an, maka malaikat akan selalu memohonkan ampunan baginya selama namaku berada di dalam Al-Qur’an.” (Al-Biharul Anwar 94: 71) 

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:”Barangsiapa yang tidak sanggup menutupi dosa-dosanya, maka perbanyaklah bershalawat kepada Rasulullah dan keluarganya, sesungguhnya shalawat itu benar-benar dapat menghancurkan dosa-dosa.” (Al-Amali Ash-Shaduq, halaman 68) 

Pahala Shalawat
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) pernah ditanyai: Apakah pahala shalawat? Beliau menjawab: “Ia akan keluar dari dosa-dosanya seperti keadaan bayi yang baru lahir dari ibunya.” (Ma’anil akhbar, halaman 368) 

Dalam suatu hadis tentang shalawat yang dianjurkan untuk dibaca setiap bakdah shalat Ashar dan hari Jum’at yaitu: 

اللّهمّ صلّ على محمّد وآل محمّد الاوصياء المرضيين بأفضل صلواتك وبارك عليهم بأفضل بركاتك والسلام عليه وعليهم ورحمة الله وبركاته 

“Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, para washi yang diridhai shalawat-Mu yang paling utama, berkahi mereka dengan keberkahan-Mu yang paling utama, semoga salam dan rahmat serta keberkahan Allah senantiasa tercurahkan kepadanya dan kepada mereka.” 

Dalam hadis itu disebutkan: “Barangsiapa yang membaca shalawat ini (7 kali), Allah membalasnya setiap ibadah satu kebaikan, amalnya hari itu diterima, dan ia akan datang pada hari kiamat dengan cahaya di antara kedua matanya.” (Safinah Al-Bihar, jilid 5, halaman 170) 

Dalam suatu hadis disebutkan: “Barangsiapa yang membaca shalawat berikut ini sesudah shalat Fajar dan sesudah shalat Zuhur, ia tidak akan mati sebelum berjumpa dengan Al-Qâim (Imam Mahdi) dari keluarga Nabi saw: 

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَعَجِّلْ فَرَجَهُمْ 

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, dan percepatlah kemenangan mereka .” (Biharul Anwar 86: 77)

Istri - Istri Calon Penghuni Surga

Sifat istri shalihah bisa kita rinci berikut ini berdasarkan dalil-dalil yang disebutkan setelahnya: 

1. Penuh kasih sayang, selalu kembali kepada suaminya dan mencari maafnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Maukah aku beritahukan kepada kalian, istri-istri kalian yang menjadi penghuni surga yaitu istri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali kepada suaminya. Di mana jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata: “Aku tak dapat tidur sebelum engkau ridha.” (HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa no. 257. Silsilah Al-Ahadits Ash Shahihah, Asy- Syaikh Al Albani rahimahullah, no. 287) 

2. Melayani suaminya (berkhidmat kepada suami) seperti menyiapkan makan minumnya, tempat tidur, pakaian, dan yang semacamnya. 

3. Tidak memberikan Kemaluan nya kecuali kepada suaminya.

Al Quran :
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. (an-Nuur: 2-3). 

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk,” (al-Israa’: 32) 

“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina,” (al-Furqaan: 68-69). 

“Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (al-Mumtahanah: 12). 

HADIS : 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Tiga jenis orang yang Allah tidak mengajak berbicara pada hari kiamat, tidak mensucikan mereka, tidak melihat kepada mereka, dan bagi mereka adzab yang pedih: Orang yang berzina, penguasa yang pendusta, dan orang miskin yang sombong,” (HR Muslim [107]). 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, bahwasanya Rauslullah saw. bersabda, “Tidaklah berzina seorang pezina saat berzina sedang ia dalam keadaan mukmin,” 

Masih diriwayatkan darinya dari Nabi saw. beliau bersabda, “Jika seorang hamba berzina maka keluarlah darinya keimanan dan jadilah ia seperti awan mendung. Jika ia meninggalkan zina maka kembalilah keimanan itu kepadanya,” (Shahih, HR Abu Dawud [4690]). 

Diriwayatkan dari al-Miqdad bin al-Aswad r.a, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda kepada para sahabatnya, “Bagaimana pandangan kalian tentang zina?” Mereka berkata, “Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkannya maka ia haram sampai hari kiamat.” Beliau bersabda, “Sekiranya seorang laki-laki berzina dengan sepuluh orang wanita itu lebih ringan daripada ia berzina dengan isteri tetangganya,” (Shahih, HR Bukhari dalam Adabul Mufrad [103]). 

4. Menjaga rahasia-rahasia suami, lebih-lebih yang berkenaan dengan hubungan intim antara dia dan suaminya. Asma’ bintu Yazid radhiallahu ‘anha menceritakan dia pernah berada di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu kaum lelaki dan wanita sedang duduk. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Barangkali ada seorang suami yang menceritakan apa yang diperbuatnya dengan istrinya (saat berhubungan intim), dan barangkali ada seorang istri yang mengabarkan apa yang diperbuatnya bersama suaminya?” Maka mereka semua diam tidak ada yang menjawab. Aku (Asma) pun menjawab: “Demi Allah! Wahai Rasulullah, sesungguhnya mereka (para istri) benar-benar melakukannya, demikian pula mereka (para suami).” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jangan lagi kalian lakukan, karena yang demikian itu seperti syaithan jantan yang bertemu dengan syaitan betina di jalan, kemudian digaulinya sementara manusia menontonnya.” (HR. Ahmad 6/456, Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Adabuz Zafaf (hal. 63) menyatakan ada syawahid (pendukung) yang menjadikan hadits ini shahih atau paling sedikit hasan) 

5. Selalu berpenampilan yang bagus dan menarik di hadapan suaminya sehingga bila suaminya memandang akan menyenangkannya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya”. (HR. Abu Dawud no. 1417. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata dalam Al-Jami’ush Shahih 3/57: “Hadits ini shahih di atas syarat Muslim.”) 

6. Ketika suaminya sedang berada di rumah (tidak bepergian/ safar), ia tidak menyibukkan dirinya dengan melakukan ibadah sunnah yang dapat menghalangi suaminya untuk istimta’ (bernikmat-nikmat) dengannya seperti puasa, terkecuali bila suaminya mengizinkan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak halal bagi seorang istri berpuasa (sunnah) sementara suaminya ada (tidak sedang bepergian) kecuali dengan izinnya”. (HR. Al-Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026) 

7. Pandai mensyukuri pemberian dan kebaikan suami, tidak melupakan kebaikannya, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Diperlihatkan neraka kepadaku, ternyata aku dapati kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita yang kufur.” Ada yang bertanya kepada beliau: “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab: “Mereka mengkufuri suami dan mengkufuri (tidak mensyukuri) kebaikannya. Seandainya salah seorang dari kalian berbuat baik kepada seorang di antara mereka (istri) setahun penuh, kemudian dia melihat darimu sesuatu (yang tidak berkenan baginya) niscaya dia berkata: “Aku tidak pernah melihat darimu kebaikan sama sekali.” (HR. Al-Bukhari no. 29 dan Muslim no. 907) 

8. Bersegera memenuhi ajakan suami untuk memenuhi hasratnya, tidak menolaknya tanpa alasan yang syar’i, dan tidak menjauhi tempat tidur suaminya, karena ia tahu dan takut terhadap berita Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya lalu si istri menolak (enggan) melainkan yang di langit murka terhadapnya hingga sang suami ridha padanya.” (HR. Muslim no.1436) 

9. Melegakan hati suami bila dilihat. Rasulullah bersabda, ”Bagi seorang mukmin laki-laki, sesudah takwa
kepada Allah SWT, maka tidak ada sesuatu yang paling berguna bagi dirinya,selain istri yang shalehah. Yaitu, taat bila diperintah, melegakan bila dilihat, ridha bila diberi yang sedikit, dan menjaga kehormatan diri dan
suaminya, ketika suaminya pergi.” (HR Ibnu Majah). 

10. Amanah. Rasulullah bersabda, ”Ada tiga macam keberuntungan (bagi seorang lelaki), yaitu: pertama, mempunyai istri yang shalehah, kalau kamu lihat melegakan dan kalau kamu tinggal pergi ia amanah serta menjaga kehormatan dirinya dan hartamu …” (HR Hakim). 

11, istri shalehah mampu memberikan suasana teduh dan ketenangan berpikir dan berperasaan bagi suaminya. Allah SWT berfirman, ”Di antara tanda kekuasaan-Nya, yaitu Dia menciptakan pasangan untuk diri kamu dari jenis kamu sendiri, agar kamu dapat memperoleh ketenangan bersamanya. Sungguh di dalam
hati yang demikian itu merupakan tanda-tanda (kekuasaan) Allah bagi kaum yang berpikir.”(QS Ar Rum [30]: 21). 

Demikianlah Istri shaleha itu menurut Kitab Suci Al Quran dan Hadis2 sahihsemoga Anda termasuk di dalam nya….